Film “Tilik” dan Hubungannya Dengan Perkembangan Budaya Zaman Sekarang Dilihat Dari Derspektif Sosiologi.

Tilik adalah sebuah film pendek berbahasa Jawa yang diproduksi oleh Ravacana Films. Tilik dalam bahasa Indonesia berarti menjenguk. Tilik berkisah tentang segerombolan ibu-ibu yang pergi menggunakan truk untuk menjenguk Bu Lurah mereka yang sedang dirawat dirumah sakit. Didalam film ini ada satu karakter yang menarik hati penonton. Sosok tersebut adalah Bu Tejo. Sosok Bu Tejo pada film ini digambarkan sebagai ibu-ibu tukang gosip yang sangat nyinyir. Dalam perjalanan menuju rumah sakit Bu Tejo terus saja membicarakan salah satu gadis didesanya yang bernama Dian. Dian dikenal sebagai sosok kembang desa yang cantik dan mandiri, yang dicurigai sering menggoda para lelaki yang sudah berkeluarga. Karena Dian merupakan kembang desa banyak lelaki yang mendekati bahkan melamar Dian karena parasnya yang cantik. Hai itulah yang membuat Bu Tejo selalu menggosipkan Dian.

            Bu Tejo menggosipkan Dian berdasarkan informasi yang didapatkan melalui media sosial. Spekulasi bahwa Dian merupakan perempuan “nakal” makin memperkuat gosip yang dilontarkan oleh Bu Tejo. Selain dikenal sebagai tukang gosik ciri Bu Tejo sangat mencolok, ia menggunakan baju serta hijab yang lebih mencolok dibanding ibu-ibu yang berada didalam truk tersebut dan ia juga menggunakan gelang emas yang cukup banyak.

            Bu Tejo merupakan sosok ibu-ibu tukang gosip yang tidak suka di nasehati. Saat tengah menggosipkan Dian, ia terlihat sangat lihai menyampaikan apa yang ia dapatkan berdasarkan apa yang ia lihat di media sosial yang belum tentu benar atau salah. Saat informasi yang ia sampaikan di sanggah oleh salah satu orang di dalam truk itu, ia terlihat kesal dan terus saja menyampaikan informasi lain untuk membuat ibu-ibu lain percaya dengan apa yang ia sampaikan. Ia juga tidak terima apabila disebut sebagai tukang fitnah, informasi yang ia sampaikan kepada ibu-ibu yang berada di dalam truk tersebut hanya untuk berjaga-jaga saja.

            Sosok Bu Tejo yang seperti ini membuat ia menjadi viral dan menjadi perbincangan hangat di berbaagai media sosial. Karakter Bu Tejo yang seperti ini tentu saja membuat warganet gregetan. Bu Tejo menjadi pembahasan dimanapun, bahkan para publik figur pun memuji karakter Bu Tejo pada film tilik.

            Film Tilik merupakan film yang diambil dari kisah nyata yang selalu terjadi pada  masyarakat Indonesia. Dimana kebanyakan ibu-ibu sering menggosipkan tetangga nya yang bahkan hal tersebut belum tentu kebenarannya. Gosip atau membicarakan orang lain telah menjadi budaya dan dilakukan dimanapun. Informasi-informasi di dalam gosip bisa saja di buat-buat dan tidak pasti. Disini Bu Tejo menganggap bahwa informasi yang berasal dari internet itu merupakan informasi yang akurat dan terpercaya. Padahal apa yang ada di internet itu tidak semuanya benar. Pada saat ini, banyak orang yang selalu menganggap apa yang ia lihat di internet itu selalu benar. Hal ini juga yang menjadi alasan kenapa di produksinya film Tilik. Sutradara film Tilik Wahyu Agung Prasetyo mengungkapkan ada dua pesan besar dari film yang di produksinya ini yaitu tentang berita hoaks atau berita bohong dan kebebasan perempuan dalam memilih hak hidupnya.

            Film Tilik dilihat dari sudut pandang Sosiologi, pada Sosiologi karya seni seperti film,lukisan, drama dan sebagainya merupakan sebuah refleksi dari kehidupan sehari-hari. Drajat Tri Kartono dari Universitas Sebelas Maret Surakarta meyebutkan bahwa film Tilik mampu menampilkan sebuah realitas kehidupan perempuan kelas menengah kebawah dengan segala macam corak dan isinya itu sangat dekat. Beliau melanjutkan bahwa, film itu menggambarkan perempuan yang memiliki solidaritas mekanik di kelas menengah kebawah. Drajat menjelaskn solidaritas mekanik adalah solidaritas yang muncul pada masyarakat ketika berkumpul karena perasaan.

            Dalam film Tilik dapat dilihat bahwa manusia modern sudah mengalami penurunan kualitas pemikiran kritis, dimana tak peduli berita yang ia dapatkan dari internet tersebut benar atau salah ia akan selalu percaya. Tilik menggambarkan kekuatan perempuan dengan cara negatif, yaitu senang bergosip, memberi suap, dan melanggar hukum. Banyak pengguna media sosial yang menyetujui bahwasanya film Tilik ini menggambarkan kehidupan ibu-ibu di pedesaan. Namun, banyak feminis yang mengkritik film ini. Pada film ini dapat dilihat bahwa perempuan bisa menekan perempuan lain, baik secara langsung ataupun di belakang. Sosok Bu Tejo merepresentasikan bahwa perempuan dapat menjadi inisiator atau aktor kunci dalam mengkonstruksi modal sosial maupun gerakan sosial yang mengakomodasikan perlindungan dan pemberdayaan terhadap perempuan dan juga dalam upaya menetralisisr dominasi budaya patriarki maupun masalah-masalah sosial lain yang inheren dengan kehidupan perempuan.

Di film ini dapat kita lihat bahwa Dian selaku perempuan lajang adalah hal yang penting untuk dibahas, didiskusikan, kemudian disalahkan dan didiskriminasikan oleh sesama perempuan. Perempuan lajang yang belum menikah di usia yang sudah berumur dan memilih berkarir dianggap memiliki pekerjaan tak benar, penggoda laki-laki dan anggapan lain seperti perawan tua, lesbian dan stigma negatif lainnya. Film Tilik bagus untuk menggambarkan realitas kehidupan para ibu di pedesaan, namun miskin pemberdayaan perempuan terutama berkaitan dengan keadilan dan kesetaraan gender. Film Tilik  menggambarkan bahwa budaya patriarki sejatinya tumbuh dan dikuatkan oleh sesama perempuan itu sendiri.

Penulis : Ayu Vita Lestari (Sosiologi 2019)

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

24 thoughts on “Film “Tilik” dan Hubungannya Dengan Perkembangan Budaya Zaman Sekarang Dilihat Dari Derspektif Sosiologi.”