KISAH PILU SEORANG PEJUANG BERSAMA ‘MAP KUNING’NYA Part 2.

…Lalu aku pun sibuk memunguti map kuningku yang terjatuh itu sembari mendongakkan kepalaku keatas. Ku perhatikan dari kaki hingga ….

“Oh, Bapak. Sehat Pak ?! Hehe” Kataku sembari tersenyum salah tingkah.

“Kamu Senja! Heboh saja sama Map mu itu. Wisudamu entah kapan. Hahaha .. Alhamdulillah saya sehat. “ Jawabnya sembari membantuku mengambil Mapku.

“Hehehe, saya akan wisuda pada waktunya Pak. Tenaaang.” Ujarku kembali sambil menaiki satu demi satu anak tangga Gedung kampusku.

Lalu Sang Bapak pun pergi sambil berteriak “Jangan lupa beritahu saya ya kalau kamu sudah selesai sidang. Hahaha”

Ngeeeerrkk~ Suasana mendadak hening.

Akhirnya aku tiba didalam ruangan prodiku. Seperti biasa dengan wajah datar penuh harap, aku mengetuk pintu dan bertemu lagi dengan petugas yang sama, dan melemparkan pertanyaan yang sama pula.

“Apalagi Senja ?? Tugas Akhirmu lagi ? Huuh, yasudah letakkan saja dimeja beliau, nanti saya sampaikan. Seprti biasa, saya tidak bisa memprediksikan ya jangka waktunya.” Ujarnya sambil tersenyum yang kali ini tak begitu sinis.

“Oh, iya baik Pak. Terimakasih banyak.” Jawabku tenang.

Langsung spontan aku meninggalkan ruangan prodiku, sesekali sambil menoleh kekanan dan kekiri karena disapa oleh teman seangkatan dan adik tingkatku. Memang di semester lanjut usia ini, semua terasa sedikit berbeda. Bukan sedikit, banyak lebih tepatnya! Mulai dari dosen, dan semua teman-teman seangkatan, seolah hobby untuk menggodaku dengan predikat ‘Semester Senja’ku.

Langkahku terhenti pada sebuah bangku yang terletak dikantin kampusku. Nampaknya, segelas es teh manis dan sepiring gado-gado cukup menjadi penghibur dikala isi kepala sedang tak karuan seperti ini. Namun tiba-tiba pandanganku tertuju pada bangku yang berada di pojok kantin, semakin aku focus memandangnya, semakin…..ah ! Subhanallah ! Tampan sekali Tuhaaan !!! Siapakah dia?! Akan tetapi, setelah ku lihat dengan seksama, kuperhatikan baik-baik, rupanya beliau adalah salah satu dosenku. Ya, dosen yang mengajar di salah satu mata kuliah yang masih aku geluti. Namun seolah hari ini ada yang terlihat berbeda dari beliau. Ya, memang sih. Secara doi masih 25 tahun, masih muda, cute, dan adem dipandang tentunya. Hohohohoho kenapa jadi ngelantur yak ??……

Aku tetap serius pada makanan dan minumanku sambil memikirkan banyak hal. Diantaranya, aku mulai berimajinasi tentang diriku yang suatu saat nanti akan memakai toga dan menyelesaikan tugas akhirku. Aku akan mempunyai foto dengan togaku bersama kedua orang tuaku, dan keluarga besarku. Saat ini, hal itu adalah jadi impian utama yang mesti segera aku wujudkan. Wait ! Sebelumnya izinkan aku memperkenalkan diriku dulu. Karena aku baru tersadar, sejak di part I aku belum memperkenalkan diriku ke kalian para pembaca. Aku Senja, 22 Tahun, seorang mahasiswi Sospol di salah satu Universitas Negeri di daerahku, yang saat ini juga bekerja disalah satu tempat yang menerimaku sebagai karyawannya. Aku rasa kalian juga pasti memahaminya, alasanku tidak terlalu bersemangat pada tugas akhirku adalah YAP ! Karena aku belum bisa benar-benar me manage waktuku antara pekerjaan dan penyelesaian perkuliahanku. Aku selalu keteteran antara keduanya. Semiris itu ?? YA !!

Hari demi hari berlalu, tak terasa seminggu sudah ‘Map Kuning’ku bermalam di ruangan prodiku. Perasaan harap-harap cemas pun seolah sudah menjadi asupan setiap hari. Bimbang, risau, tak tenang, serasa sudah menjadi sahabat di diri. Tugas akhirku ini mulai kuanggap seperti beban untuk hidupku. Tak jarang terkadang aku sampai meneteskan airmata akan hal ini. Cuma apa mau dikata, usahaku mungkin belum keras. Dan hari ini, aku putuskan untuk kembali ke kampusku untuk melihat perkembangan dari benda sakralku itu. Semoga Tuhan memberikan hidayahnya untukku. Aamiin.. (Versi doa anak-anak teraniaya).

Cukup lama aku biarkan ‘map kuning’ku terbiar di almari rumahku, dan hari ini, tak sengaja aku kembali tertoleh kearah benda itu dan reflex langsung ku ambil lagi dan kutatapi dengan tatap nanar penuh harap. Hehe.. lagi lagi bicara harapan. Sampai pada akhirnya aku putuskan untuk menyelesaikannya di esok hari. Oke ! Berarti malam ini kita selesaikan revisiannya, lalu esok kita serahkan kepada dosen yang bersangkutan dikampus tercinta. Bismillaahh…

Langit hari ini tak cukup bersahabat nampaknya. Sinar surya begitu menggigit dipagi ini. Keringat di tubuhku pun mengucur deras. Entah keringat karena merasakan panas ataupun keringat karena aku sedikit deg-degan untuk kembali meneruskan tanggungjawabku yang tertunda ini. Namun kurasa ianya berkolaborasi.

Langkah gontai nan bersemangatku perlahan menaiki anak-anak tangga gedung fakultasku. Sudah penuh niat diiringi dzikir-dzikir kecil sebagai penenang. Akan tetapi entah mengapa feelingku rasanya tak begitu enak hari ini. Sulit untuk dijelaskan kenapa bisa merasakan seperti ini. Tak jarang, feelingku jarang meleset.

“Tok..tok..tok.. Permisi.. Assalamu’alaikuum.” Ujarku sembari memasang wajah paling manis saat memasuki ruangan jurusanku.

“Wa’alaikumsalaam.. Silahkan masuk. Oh, kamu. Pasti mau bimbingan ya. Kemarilah nak. Ibu pun sudah lama menunggu kamu.” Jawab Dosen pembimbingku.

Entah apa perumpamaan yang bisa mengistilahkannya, rasanya semcam tidak percaya saja aku mendengarnya. Kenapa dosenku bisa jadi semanis itu dengan kalimat-kalimatnya ?! Fix ! Feelingku semakin tak karuan.

“Maaf Bu, kemarin-kemarin saya sedang sibuk dengan pekerjaan saya. Sedang ada event yang mesti saya handle. Jadi saya putuskan untuk fokus dulu di event kantor saya, setelah selesai baru saya melanjutkan tugas akhir saya ini bu.” Kataku sembari menyodorkan “map kunging”ku ini.

“Oh, iya tidak apa-apa. Ibu paham. Sekalian juga sebenarnya ada yang mau Ibu sampaikan ke kamu. Jadi begini, maaf sebelumnya. Ibu tidak bermaksud menyurutkan langkah kamu. Tapi memang mesti saya bilang soal ini ke kamu. Jadi begini, mau tidak mau kamu nampaknya memang mesti merubah lagi judul tugas akhirmu. Karena teman seangkatanmu sudah lebih dulu melegalkan tugas akhirnya yang ternyata dia punya judul yang hampir serupa denganmu. Bagaimana bisa ya ? Kamu memberikannya ke dia atau seperti apa ? Saya juga bingung sebenarnya. Bagaimana bisa kalian punya judul skripsi yang sama ? Plagiasi ?” Ujar Dosenku panjang lebar.

Bagai petir paling dahsyat di siang bolong, rasanya ngilu sekujur badan serta pikiranku mendengarnya. Spontan lutut terasa amat lemas, kepalaku pitam, dadaku sesak, butiran bening di pelupuk mataku juga mulai berontak untuk menetes. Tuhan, apalagi ini ?! Benar kan ?! Baru saja aku berujar tentang feelingku yang tidak enak ini. Ternyata !

“Bu, saya bingung mesti bicara apa, bagaimana dan kenapa. Saya izin pulang ya Bu. Saya ingin menenangkan diri saya. Terimakasih banyak bu. Mohon maaf bu. Assalamu’alaikuum..” Kataku dengan wajah yang sudah tak tentu arah sepertinya.

80 km/jam ku kendarai motorku. Apa yang ada di depan mataku amat sangat tidak sinkron dengan isi kepalaku. Untuk menghela nafas saja rasanya begitu sesak dada ini. Pandanganku kosong, pikiranku melayang, sementara motor yang kukendarai terus melaju kencang. Semoga Tuhan selalu melindungiku ditengah ketidak warasanku ini. Aamiin..

Malam merangkak pelan, masih betah ku berada di tepi jendela kamarku. Merenung, melamunkan kejadian yang mengoyak hati pagi tadi. Percayalah, ini lebih dari sekedar diselingkuhi pacar atau dihantui mantan! Masih sulit rasanya diriku berfikir jernih untuk mencari solusinya. Kumainkan scroll Blackberry jadulku, ku cek satu persatu kontaknya, dan akhirnya kursor berhenti tepat pada satu nama, yap! Salah satu sahabatku ditempatku bekerja. Dengan niat awal yang iseng-iseng menanyakan pertanyaan-pertanyaan ga penting, (ex : Hallooww, lagi apa ? Dimana ? Sibuk kah ?) ku kirimkan pesan singkat itu ke dirinya. Sampai pada akhirnya percakapan kami berlanjut dan akupun menceritakan tentang kejadian tak mengenakkan yang menimpaku tadi. Ini alasanku selalu senang berteman lelaki. Tingkat perhatian, rasa empati kaum adam ini memang lebih tinggi walaupun diluar mereka terlihat cuek. Obrolan kami tak hanya obrolan kosong belaka. Sampai akhirnya sahabatku pun memberikan sebuah solusi yang aku rasa cukup brilliant untuk dilakukan. Ya setidaknya ada pencerahan dan sesuatu yang membuatku sedikit tenang malam ini.

Seminggu sudah pasca kejadian waktu itu, aku tetap menjalani rutinitasku seperti biasa. Tetap bekerja di tempatku bekerja, tetap tertawa, tetap bersedih selayaknya manusia. Tak dapat dipungkiri juga jika terkadang terlintas sesekali kejadian itu. Tapi ah sudahlah. Tiada guna terus kuratapi. Seperti halnya omongan sahabatku tempo hari, tugasku sekarang hanya terus melanjutkan perjuanganku. Memulai lagi semua dari awal dengan pikiran-pikiran positif. Memang berat, tapi ini semua bagian dari hidup yang lebih baik ke depannya. Hal inilah yang selalu kutanam disaat aku sudah mulai merasa down. Jujur saja, masih enggan ku sentuh benda ‘sakral’ku itu. Masih kubiarkan kembali rapi ia tergeletak tak berdosa dalam ‘map kuning’nya. Akan kulanjutkan. Nanti diwaktu yang tepat. Tak mesti tepat waktu dan tergesa-gesa.

Biodata Penulis

Irma Sari, Lahir di Tanjungpinang, Ibukota Provinsi Kepulauan Riau pada tanggal 28 Mei 1992. Saat ini tengah mengenyam pendidikan di Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang Jurusan Sosiologi, satu-satunya Universitas Negeri yang berada di Kepulauan Riau. Anak bungsu yang belum menikah dari 2 saudara perempuan yang telah menikah. Dan saat ini juga sedang bekerja di salah satu instansi Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau.

Sastra dan kebudayaan benar telah mendarah daging dalam tubuh ini. Puisi, cerpen, dan semua tulisan yang berbau sastra dan kegiatan-kegiatan kebudayaan amat saya gemari sejak saya berada di bangku Sekolah Dasar. Ada beberapa karya sastra yang telah diterbitkan di surat kabar lokal, Tanjungpinang Pos adalah salah satu media yang telah menerbitkan beberapa puisi saya.

Dalam hal kebudayaan, saya juga kerap mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan nasihat-nasihat bijak dari Sang Maestro Kepulauan Riau Raja Ali Haji Fisabilillah, yakni Gurindam 12. Jika rekan-rekan berminat melihat kekayaan budaya Kepulauan Riau, bisa di lihat di Youtube. Pernah meraih Juara Ke-II dalam Festival Lagu Melayu Tingkat SMA Se-Kota Tanjungpinang dalam event Gawai Seni ke-VII Kota Tanjungpinang.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

13 thoughts on “KISAH PILU SEORANG PEJUANG BERSAMA ‘MAP KUNING’NYA Part 2.”