Masyarakat Dalam Belenggu Covid-19 (Dilihat Dari Sisi Sosiologi)

Dubes (Diskusi Bersama) yang telah diadakan oleh bidang penelitian dari Himpunan Mahasiswa Sosiologi “HIMSOS”, yang betemakan “Masyarakat Dalam Belenggu Covid-19 (Dilihat Dari Sisi Sosiologi)” yang dimana masyarakat harus siap hidup dalam jangka panjang selama Covid-19 ini. Telah banyak cara yang dilakukan pemerintah agar penyebaran covid-19 ini semakin berkurang. Sebagaimana kita tahu banyak dampak yang ditimbulkan oleh covid 19 ini. Dari sinilah kita kemudian mencoba menganggakat  sebuah tema yang sudah ada yaitu masyarakat dalam belenggu Covid-19 yang kali ini dilihat dari sisi sosiologi.

Dimana kegiatan diskusi online ini di hadiri oleh dosen dari Universitas Maritim Raja Ali Haji Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Sosiologi yaitu Bapak Dedi Anggriawan, M.Si sebagai pemateri dalam diskusi ini. Pemateri menyampaikan bahwa wabah corona ini telah menjadi realitas sosial yang mau tidak mau harus dihadapi masyarakat dan sudah menjadi pandemi yang menyebar luas. Wabah corona ini muncul dan berkaitan dengan beberapa sektor yaitu kesehatan,pendidikan,sosial,ekonomi hingga kepada aktivitas beribadah di masyarakat.

Munculnya wabah ini banyak mengundang respon dan reaksi dari berbagai pihak mulai dari yang tenang,serius,hingga candaan.  Wabah ini muncul ada istilah yang jarang sekali kita dengar tetapi tiba tiba saja muncul yaitu : sosial distancing/physical distancing, masyarakat sulit melakukan sosial distancing dikarenakan masyarakatnya yang guyub dan intim, adanya kebiasaan dalam kebersamaan didalam masyarakat dan masyarakat awam beranggapan bahwa sosial distancing hanyalah menjaga jarak saja.

Dengan munculnya wabah ini banyak persepsi dari mayarakat yaitu : covid-19 sebagai azab,covid sebagai senjata biologis(amerika dan cina),dan covid sebagai bagian dari new and order. Selain persepsi adapula prasangka perilaku dari masyarakat yaitu :  mengarah pada Diskriminasi misalnya individu X melihat individu Y bersin bersin maka secara spontan individu X akan segera menjauh ia menyangka bahwa individu Y terkena covid padahal ia hanya Flu biasa,dan seseorang pum sudah tidak mau lagi menolong orang lain secara kontak fisik akibat dari wabah ini.

Lalu selain adanya persepsi dan prasangka munculah tindakan/perilaku dalam masyarakat itu yaitu :masyarakat mulai membatasi diri dengan tidak lagi menggunakan angkot saat berpergian atau pun pergi ke tempat keramaian seperti pasar,mall, dll. Melihat dari perspektif sosiologi,apa itu perspektif? Perspektif adalah suatu kumpulan atau asusmsi yang mempengaruhi cara pandang seseorang untuk memandang suatu fenomena tertentu. Lalu apa yang dimaksud dengan perspektif sosiologi?perspetif sosiologi lebih menekankan pada konteks kehidupan manusia yang mengkaji segala aspek kehidupan sosial manusia yaitu Interaksi. Interaksi individu antar individu,interaks iindividu antar kelompok dan, interaksi  kelompok antar kelompok.

Dalam realitas sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan ia membutuhkan orang lain dalam hidupnya (makluk sosial). Adanya wabah ini membawa dampak negatif dari interaksi tersebut yaitu melalui interaksi tersebut dapat menularkan penyakit dari seseorang ke yang lainnya,contohnya dalam covid-19 ini. Pengertian sehat banyak bermunculan dari berbagai macam pihak, Masyarakat awam berpikir bahwa sehat itu iyalah kondisi dimana tubuh tidak sakit. Menurut WHO sehat itu ialah status kenyamanan yang menyeluruh yaitu sehat jasmani,rohani,sosial dan mental,dan menurut kejiwaan sehat itu ialah adanya timbul bahagia atau bisa dikatakan tidak stres.

 Dalam wabah ini mungkin ada seseorang yang tidak pernah merasakan sakit pada tubuhnya padahal ia terkena covid 19 lalu tiba-tiba drop, maka dari itu baiklah kita selalu menjaga kesehatan tubuh kita. Pada awalanya wabah ini bisa disebut hanyalah isu yang kita dengar dari wuhan lalu lama kelamaan bisa dibuktikan kebenarannya dan menjadi fenomena global dan masalah sosial ditengah-tengah masyarakat.

Beberapa cara dalam perspektif sosiologi dalam mengatasi wabah covid 19 ini. Dalam sosiologi adanya modal sosial,solidaritas sosial,dan kerjasama sosial. Cara yang dapat dilakukan ialah :
Pertama, pemerintah dan masyarakat harus bermitra/bekerjasama yaitu dengan memberikan bantuan berupa sembako,masker,handsainitizer,donasi dll.
Kedua, pemerintah harus meningkatkan kerjasama dengan perguruan tinggi, dalam perguruan tinggi mahasiswa akan menjalankan fungsinya ditengah tengah masyarakat yaitu pengabdian masyarakat yang ada dalam Tridharma perguruan tinggi.
Ketiga,pemerintah harus mampu merangkul sektor swasta untuk bisa menggalang dana CSA dan mendapat dana bantuan dari pihak swasta. Jika cara tersebut dapat dijalankan dengan baik maka akan lebih baik.

Apa yang akan kita lakukan sebagai mahasiswa dan tenaga pendidik dari kondisi seperti ini? Sebagai mahasiswa,mahasiswa mempunyai 2 peran yaitu : pertama,agent of change yaitu mahasiwa harus mampu menawarkan diri dan merubah dirinya sendiri menjadi kaum intelektual. Kedua, agent of control sosial artinya mahasiswa harus mampu menempatkan diri diantara masyarakat dan pemerintah,mahasiswa juga harus mampu menjadi penyambung lidah bagi masyarakat dan mahasiswa harus menjadi pemandu bagi masyarakat.

Dalam covid-19 ini mahasiswa harus mampu mengikuti peraturan yang dibuat pemerintah dan mensosialisasikannya kepada masyarakat dan mencontohkan hal yang baik kepada masyarakat. Sebaga dosen ataupun pendidik,pembelajaran tatap muka dinyatakan lebih efektif dari pada online atau daring,dari hal tersebut kita tahu bahwa pendidik tidak dapat tergantikan oleh teknologi apapun.

Cara yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik ditengah wabah covid-19 ini ialah mensupport pemerintah untuk meminimalisir covid 19,beradaptasi dari pembelajaran tatap muka menjadi online,pendidik juga menjadi motivator (memotivasi siswa/mahasiswanya agar tidak jenuh),menjadi inovator(melakukan inovasi pembelajaran agar yang di sampaikan kepada siswa/mahasiswanya tersampaikan),menjadi evaluator(mengvaluasi dengan melihat sisi positif dan negatifnya pembelajaran daring).

Covid-19 telah banyak mengubah kebiasaan dalam mayarakat,seperti kebiasaan nongkrong,liburan,beribadah secara berjamaah,dan aktivitas lainnya yang dapat menularkan covid 19 ini. Dengan mengubah kebiasaan ditengah masyarakat tersebut akan merubah aktivitas pasca berakhirnya covid 19. Selesai wabah (pasca normal)masyarakat mungkin akan ada keadaan baru yaitu masyarakat mempertahankan kesehatannya dengan menggunakan masker,menjaga jarak,dan menjaga imunitas tubuh.

Jika kembali normal 100% secara kasat mata mungkin akan kembali normal tetapi secara tidak kasat mata mungkin akan berdampak pada kejiwaan masyarakat tersebut,bisa jadi akan normal tetapi perilaku masyarakat akan berubah menjdi lebih menjaga kesehatannya dan menjadi lebih baik. Dimasa ini banyak public figur yang mencontohkan hal yang tidak baik,beberapa dari mereka menjadikan situasi seperti ini menjadi sebuah lelucon untuk menaikkan popularitas seperti mengisi handsinitizer di mall,prank sembako isi sampah dan hal tersebut merugikan orang lain.

Hal yang mereka lakukan lakukan ialah salah satu perbuatan yang menyimpang,untuk itu diharapkan kita tidak memfollow ataupun mensubscribe mereka karena subscriber mereka akan bertambah dan mereka akan merasa bahwa perbuatan yang mereka lakukan adalah hal yang baik dan benar serta menghibur banyak orang sehingga mereka dapat melakukan hal yang salah dan lebih ekstrim lagi untuk menaikkan nama pribadi mereka.

Dalam sosiologi itu disebut dengan perilaku menyimpang,dalam sosiologi ada 3 perspektif perilaku menyimpang : pertama, Absolutis yaitu perilaku menyimpang bersifat intrinsik dengan kata lain tidak berdasarkan norma,kebiasaan dan aturan sosial. Kedua, normatif yaitu didefenisikan sebagai perilaku yang tidak berhasil dalam menyesuaikan dirinya dalam kehendak masyarakat.ketiga, reaktif  yaitu perilaku menyimpang ditemukan dalam bagaimana secara aktual dinilai.

Olehkarna itu perilaku yang dilakukan oleh mereka dinilai menyimpang karena tiak dapat mengikuti kehendak masyarakat. Adanya covid-19 ini akan menjadi permasalahan yang baru atau dampak yang baru bagi masyarakat? Salah satu dampak baru bagi masyarakat ada kemungkinan terjadi kita bisa lihat dari aspek ekonomi,bisa jadi kedepannya harga harga meroket dan menimbulkan masalah baru,dan komoditas kesehatan menjadi mahal contohnya harga sabun,handsainitizer bahkan harga sayuran,ikan dan suplemen untuk kesehatan menjadi mahal.

Bagaimana seharusnya kebijakan yang ideal yang harus diterapkan oleh pemerintah untuk menghentikan penyebaran covid-19. Mengiingat kebijakan selama ini hanya bersifat himbauan yang kemungkinan dilanggar? Ada 3 kebijakan dalam pemerintahan yaitu top down,button up dan hybrid. Seharusnya negara bisa memaksimalkan fungsinya dengan : pemerintah pusat harus konsisten yaitu semua daerah harus melakukan sosial distancing tanpa terkecuali dan jikalau ada yang melanggar akan diberikan sanksi.pemerintah harus berintegrasi antar pemangku kebijakan dan mengontrol dengan baik kebijakannya.

New normal ditandai dengan adanya perubahan praktik sosial dalam banyak arena sosial,yang artinya adanya perubahan struktur ,dan bagaimana kajian sosiologis memandang ragam arus yang terjadi pada tranformasi sosial dalam konteks new normal? New normal yaitu suatu kewajaran baru. Jika kita ingin melakukan kajian new normal sekarang makan data tidak akan falid jika dilakukan pada saat covid terjadi,kerena new normal akan falid ketika covid-19  berlalu.

Jika kita mengkaji pada saat covid maka itu akan menjadi prasangka atau praduga sementara,bisa jadi pasca covid berakhir akan kembali seperti sebelum adanya covid. Jika kita mengkaji lebih dalam lagi masih sangat sulit kerena kita hanya bisa membayangkan atau memprediksi saja,yaitu dalam kehidupan masyarakat : masyarakat lebih mementingkan kesehatan pada saat ini dan dalam intensistas hubungan masyarakat dari guyub menjadi tidak guyub akibat adanya sosial distancing. Marilah kita saling berkontribusi agar dapat menurunkan bahkan menghilangkan penyebaran covid 19 ini.

Divisi Penelitian, Himpunan Mahasiswa Sosiologi Universitas Maritim Raja Ali Haji

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1,152 thoughts on “Masyarakat Dalam Belenggu Covid-19 (Dilihat Dari Sisi Sosiologi)”