Stip dan Pensil: Kontribusi Pemuda Terhadap Pendidikan Anak Jalanan dengan Dirikan Proyek Bangunan Sekolah

Pendahuluan
Dewasa ini, masalah pendidikan merupakan hal penting yang sering
terabaikan. Banyak orang yang menoleransi mengapa sebuah pendidikan tidak
dapat dilanjutkan, salah satu di antaranya adalah keadaan ekonomi yang tidak
mendukung. Hal ini terlihat ironis, pasalnya untuk menjadi negara yang lebih
maju lagi, dibutuhkan generasi berilmu yang dapat menyumbangkan
pemikirannya.
Namun dibalik keironisan tersebut, banyak beberapa sumbang kasih
kepedulian terhadap generasi penerus bangsa. Salah satunya adalah kontribusi
pemuda yang merelakan waktu dan beberapa isi dompet agar generasi bisa
maju membentuk persatuan yang kuat. Tindakan tersebut merupakan hal
kreatif yang sangat positif, karena dengan uluran bantuan tersebut banyak
anak-anak yang dapat terbantu untuk mengenal dasar-dasar pendidikan.

Isi
Dalam undang-undang nomor 40 tahun 2009 tentang kepemudaan di pasal
1 ayat (1) dinyatakan bahwa, pemuda ialah Warga Negara Indonesia yang
berada di periode penting pertumbuhan dan perkembangan usia 16 sampai 30
tahun. Menurut AD/ART KNPI yang dikatakan pemuda ialah Warga Negara
Indonesia yang berumur 15 hingga 40 tahun.
Dalam usia yang masih produktif, pemuda memiliki nilai juang yang lebih
terbilang dibandingkan tingkatan lainnya. Diawal sejarah Indonesia, peran
pemuda terlihat dari kebangkitan bangsa tahun 1908, tepatnya berdiri
organisasi Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Perjuangan pemuda dimasa
lampau memiliki nilai yang dapat dirasakan hingga saat ini. Begitupun dengan
pemuda masa kini, yang tidak kalah memiliki andil besar dalam memajukan
pendidikan Indonesia.
Berbicara tentang pendidikan, saya sebagai penulis ingin menulis beberapa
besarnya peran pemuda yang telah bersatu untuk berkontribusi dalam ranah
pendidikan: mendirikan sekolah jalanan misalnya. Sekolah jalanan merupakan
sekolah yang dibangun atas keinginan dan ketulusan beberapa orang yang
diberikan secara gratis untuk anak-anak jalanan. Mendirikan sekolah jalanan
adalah bentuk kepedulian pemuda terhadap generasi yang harusnya ikut
berkecimpung dalam kemajuan negeri. Mungkin telah diketahui, presentasi
sekolah jalanan begitu jauh dari sekolah formal pada umumnya. Namun dengan
adanya sekolah jalanan yang didirikan, anak jalanan terlindung dari sikap sosial
yang tidak baik, menggunakan narkoba atau minum miras misalnya.
Stip dan Pensil. Tidak. Saya tidak akan merincikan film yang diaktori oleh
Ernest Prakasa ini. Saya hanya ingin mengaitkan hubungan antara isi dari film
dan judul dari esai yang saya angkat. Kepemudaan dari film tersebut memiliki
ketulusan dan kebesaran hati dalam mendirikan sekolah jalanan yang dibangun
di kolong jembatan. Walaupun diawali rasa terpaksa, pendirian sekolah ini
akhirnya berakhir dengan suka rela.
Dapat sama-sama diketahui, bahwasannya beberapa penduduk di sana tidak
rela anaknya sekolah. Mereka membiarkan anak-anaknya untuk tetap bekerja
agar menghasilkan uang, yang pada akhirnya hal ini bertentangan dengan
undang-undang hak anak dalam mendapatkan pendidikan. Tidak hanya di film
tersebut, kejadian ini cukup banyak dilihat dikehidupan nyata. Hal ini dapat
terjadi karena keuangan dalam memenuhi kehidupan dirasakan sangat berat,
karena itu orangtua, atau atas inisiatif anak itu sendiri menghabiskan waktu di
jalanan untuk mencari rezki memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kehadiran pemuda menjawab mengapa pendidikan ternyata sangat
diperlukan. Saya tidak mengungkit bahwa pendidikan hanyalah berpatokan
pada nilai, ujian, dan materi. Pembentukan karakter, kesadaran bersosial yang
baik, dan dapat membaca serta menulis adalah pilar penting dalam arti
pendidikan sebenarnya. Pendidikan ialah kebutuhan primer yang harus
didapatkan oleh semua rakyat khususnya anak, tidak terkecuali untuk anak
jalanan. Pendidikan merupakan lembaga, yang harus menjadi solusi untuk
mengatasi diskriminasi atau perbedaan perlakuan yang didapatkan.
Stip dan Pensil, merupakan film berlatar pendidikan yang menceritakan
sekelompok pemuda SMA, mendirikan sekolah di sudut perkotaan yang
kumuh. Bangunan sederhana ini diperuntukkan ‘orang miskin’, dengan
beberapa murid yang memiliki semangat berbeda-beda. Film ini memiliki
kaitan dengan kontribusi pemuda yang berperan besar dalam memajukan
pendidikan di Indonesia, walaupun dengan hal sederhana sekalipun.
Kerja sama, gotong royong, tidak putus asa, merupakan pesan pemuda yang
dapat diambil dari film Stip dan Pensil. Film berdurasi 98 menit ini adalah akar
mengapa pendidikan sangatlah diinginkan oleh orang-orang yang tidak mampu
dalam hal ekonomi. Peran pemuda sangat besar dalam mengulurkan bantuan
kepada generasi bangsa, karena bantuan tersebut dapat memajukan atau
menyatukan pemikiran bahwa ilmu sangatlah penting dalam kehidupan, Ketika
pemikiran itu sudah tertanam dimasing-masing kepala anak, maka yang terjadi
selanjutnya adalah bijaknya seorang individu yang mengambil keputusan atau
menerima masukan yang didengar olehnya.
Dikehiduan sebenarnya, sekolah jalanan pun terealisasikan dengan baik.
Reinhard Hutabarat, yang merupakan pemuda asal Jakarta Utara mendirikan
sekolah gratis untuk anak-anak jalanan sebanyak 114 siswa. Sekolah jalanan
yang diberi nama Sekolah Anak Jalanan (SAJA) itu telah memberikan
kesempatan pada beberapa anak berhasil duduk di bangku perkuliahan hingga
bekerja disuatu perusahaan. Hal ini adalah bukti nyata, satu orang pemuda
dapat memberikan kesempatan kepada 114 siswa, lalu bagaimana jika pemudapemuda itu bersatu untuk lebih peduli terhadap beberapa anak lainnya?
Pastinya Negeri Pertiwi ini akan lebih maju dengan kontribusi dari para
pemuda yang peduli terhadap pendidikan para generasi.

Penutup
Berdasarkan paparan yang saya tuliskan di atas, apabila pemuda-pemuda
lainnya ikut serta berkontribusi dalam dunia pendidikan, terkhusus anak
jalanan, maka waktu yang dimiliki anak jalanan dapat digunakan dengan baik.
Anak jalanan mengetahui lebih lagi bagaimana bertindak sosial yang tepat,
hingga terhindar dari beberapa penyimpangan norma tertulis maupun non
tertulis. Begitu pula dengan pemuda yang ikut turun, memiliki pengalaman
yang patut diapresiasi telah membantu pendidikan generasi bangsa yang
merupakan generasi penerus negeri.
Peran pemuda sebenarnya belumlah cukup untuk mewujudkan keberhasilan
dari sekolah jalanan ini. Kemauan dari anak-anak jalanan juga sangat
diperlukan, hal ini dapat diatasi dengan memberikan kreativitas dalam
mengajar, dan menanamkan mindset terhadap anak pentingnya sebuah
pendidikan dikehidupan yang lebih penuh dengan pacuan ini. Peran pemerintah
juga dibutuhkan untuk membantu sumbang dalam bentuk uang untuk
memenuhi perlengkapan yang dibutuhkan. Seperti alat tulis, bangunan, dan
sebagainya.


DAFTAR PUSTAKA
Manoj Punjabi. Ernest Prakasa. 2017. Stip dan Pensil. Jakarta: MD Pictures
Fitriani. 2019. Pesan Sosial Dalam Film Stip dan Pensil (Kajian Analisis Isi).
Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Qasim Riau: Pekanbaru
Saidah, I. F. (2014). Pendidikan Bagi Anak Jalanan. Edukasi, 269-270.
Kompasiana.com. (2014, 14 Juli). Pendidikan bagi Anak Jalanan. Diakses
pada 28 Oktober 2020 dari
https://www.kompasiana.com/deirradesu/54f6b36ca333110456
8b468b/pendidikan-bagi-anak-jalanan
Detiknews.com. (2017, 27 September). Kisah di Balik Pendirian Sekolah
Gratis untuk Anak Jalanan di Penjaringan. Diakses pada 28
Oktober 2020 dari https://news.detik.com/berita/d2041505/kisah-di-balik-pendirian-sekolah-gratis-untuk-anakjalanan-di-penjaringan

Penulis : Ellya Syafriani SosiologiUniversitas Riau (Juara 1 Lomba Essay, Kegiatan Sociology Online Competition HIMSOS UMRAH)

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

16 thoughts on “Stip dan Pensil: Kontribusi Pemuda Terhadap Pendidikan Anak Jalanan dengan Dirikan Proyek Bangunan Sekolah”